Asal-Usul penyebutan Natal
Terdapat beberapa cerita mengenai asal-usul dan arti nama Natal dengan versi yang berbeda.
Pertama, versi Portugis. Yang pasti
Kedua, versi dari rakyat Natal orang Minangkabau yang percaya bahawa leluhur mereka yang pertama menghuni daerah pesisir itu. Natal, menurut mereka, berasal dari kata Ranah nan Data (artinya tanah datar). Ranah nan data tersebut ditemui oleh dua orang pangeran yang berasal dari Indra Pura, yang terletak ke selatan Natal di pesisir barat pulau Sumatra . Mereka menemukan sebuah dataran rendah di tepi pantai Lautan India dekat muara sebuah sungai. Nama ranah nan data kemudian disingkat dengan ranah data (tanah datar), kemudian disingkatkan lagi mejadi nata, yang akhirnya, berubah sebutannya menjadi Natal sekarang, konon kerana pengaruh saudagar-saudagar asing.
Versi kedua, dari cerita orang Mandailing yang bermukim di pedalamanNatal . Dahulu kala, ketika penduduk dunia masih jarang, di pedalaman Bukit Barisan tapi dekat dengan Lautan India , bermukim sekelompok orang Mandaling. Daerah pemukiman mereka dikepung oleh gunung, bukit,lembah dan ngarai sehingga untuk berpergian dari suatu tempat ke tempat lain, biasanya mereka menunggang kuda. Suatu hari di suatu tempat bernama Tor Pangolat (berbatasan dengan Natal ) mereka takjub menyaksikan sebuah pemandangan yang indah. Di kejauhan terlihat barisan gunung dan bukit. Di ujungnya terbentang tanah landai atau dataran rendah dan lautan luas tanpa batas.
Versi kedua, dari cerita orang Mandailing yang bermukim di pedalaman
“Ahha, do na taridah?” (artinya, Apakah gerangan yang kita lihat itu?) salah seorang dari mereka bertanya. Sejak saat itu dataran rendah yang terletak di ujung Bukit Barisan, di tepi pantai Lautan India itu, mereka namakan Na taridai (artinya, yang kita lihat itu). Belakangan, Na taridai dipendekkan menjadi Natar. Malah menurut Marsden, sejarahwan Inggeris dalam bukunya The History of Sumatra, edisi pertama diterbitkan pada tahun 1784, Natal sebetulnya Natar.[ii]
Asal-Usul penyebutan Lebaran
Penyebutan Idul Fitri dengan Lebaran berasal dari Bahasa Jawa. Di Jawa, Idul Fitri selalu disebut sebagai “bada” (baca: bodo dengan o seperti pada botol) yang berasal dari kata “bakda” yang artinya secara gampangnya adalah “setelah” atau “sesudah”. Kalau mau dirunut, bisa jadi kata bakda itu pun berasal dari kata “ba’da” (Bahasa Arab). Misalnya ba’da Shubuh dalam Bahasa Jawa disebut sebagai bakda Shubuh. Ba’da Isya disebutkan sebagai ba’da Isya. Kata bakda merupakan bahasa halus (krama) dari kata lebar (e dibaca seperti pada kata seperti). Dalam bahasa ngoko, bakda Shubuh dituturkan dengan lebar Shubuh atau kadang orang Jawa lebih senang mengatakan bar Shubuh. Nah, kata lebaran untuk menyebut Idul Fitri diambil dari kata lebar (Jawa: setelah/sesudah) bukan lebar (Inggris: wide, Jawa: amba).
Mengapa Idul Fitri disebut Bakda
Orang Jawa menyebut Idul Fitri sebagai “bakda” karena Idul Fitri diperingati setelah puasa. Dalam tradisi Jawa, pada perayaan Idul Fitri ada yang disebut sebagai “bakda kupat” atau Hari Raya Ketupat. Namun, bukan hanya Idul Fitri saja yang disebut bakda. Idul Adha pun disebut sebagai bada/bakda Kurban. Tidak tahu alasan penyerapan kata lebaran bukan bakdan. Mungkin saja untuk mempermudah pengucapannya. Saya sendiri memang merasa lebih mudah dan enak mengatakan lebaran daripada badan/bakdan. Penggunaan akhiran an pada kata lebar tentu untuk membuatnya menjadi kata benda. Nah, demikianlah asal-usul Idul Fitri disebut lebaran. Bukan karena pada saat Idul Fitri semua orang punya hati yang lebar (luas) untuk saling memaafkan melainkan karena Idul Fitri dirayakan sesudah/setelah berpuasa.
Asal-Usul penyebutan Waisak
Dalam tradisi penganut Buddha [[Mahayana]], hari ini berasal dari nama [[Sansekerta]]nya, वैशाख (''Vaiśākha''). Hari ini dikenal dengan nama ''Vesak'' atau ''Wesak''
Waisak juga dikenal dengan :
* बुद्ध पुर्णिमा/বুদ্ধ পূর্ণিমা ''Buddha Purnima'' atau बुद्ध जयंती/বুদ্ধ জয়ন্তী ''Buddha Jayanti'' in [[India]], [[Bangladesh]] dan [[Nepal]]
* 花祭 (''[[Hanamatsuri]]'') di [[Jepang]],
* 석가 탄신일 ''Seokka Tanshin-il'' (Hanja: 釋迦誕身日) di [[Bahasa Korea|Korea]],
* 佛誕 ([[Bahasa Mandarin|Mandarin]]: ''Fódàn'', [[Bahasa Kantonis|Kantonis]]: ''Fātdàahn'') di komunitas berbahasa [[Bahasa Cina|Cina]],
* ''Phật Đản'' di [[Bahasa Vietnam|Vietnam]],
* วันวิสาขบูชา ''Visakah Puja'' (atau ''Visakha Bucha'') di [[Bahasa Thai|Thai]],
* {{lang|my|}} (''Kasone la-pyae Boda nei''), lit. "Full Moon Day of Kason," the second month of the [[traditional Burmese calendar]],
* {{lang|la|ວິຊຂບູຊ}} ''[[Vixakha Bouxa]]'' di [[Bahasa Lao|Lao]],
* ''Vesak'' (''Wesak'') di [[Sri Lanka ]] dan [[Malaysia ]].
* 花祭 (''[[Hanamatsuri]]'') di [[Jepang]],
* 석가 탄신일 ''Seokka Tanshin-il'' (Hanja: 釋迦誕身日) di [[Bahasa Korea|Korea]],
* 佛誕 ([[Bahasa Mandarin|Mandarin]]: ''Fódàn'', [[Bahasa Kantonis|Kantonis]]: ''Fātdàahn'') di komunitas berbahasa [[Bahasa Cina|Cina]],
* ''Phật Đản'' di [[Bahasa Vietnam|Vietnam]],
* วันวิสาขบูชา ''Visakah Puja'' (atau ''Visakha Bucha'') di [[Bahasa Thai|Thai]],
* {{lang|my|}} (''Kasone la-pyae Boda nei''), lit. "Full Moon Day of Kason," the second month of the [[traditional Burmese calendar]],
* {{lang|la|ວິຊຂບູຊ}} ''[[Vixakha Bouxa]]'' di [[Bahasa Lao|Lao]],
* ''Vesak'' (''Wesak'') di [[
Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka . Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta
Asal-Usul penyebutan Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan '''Tahun Baru Hindu''' berdasarkan penanggalan / kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan ''Buwana Alit'' (alam manusia / microcosmos) dan ''Buwana Agung/macrocosmos'' (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali .
( Berbagai sumber )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar