Kecanduan seks atau hiperseks termasuk kategori penyimpangan seksual. Memang susah disembuhkan, tetapi bukan berarti tak mungkin. Terlebih banyak kasus itu lebih berkaitan dengan masalah kejiwaan, ketimbang masalah fisik.
Seorang yang tergolong pecandu seks adalah orang yang memiliki kelainan dorongan seksual, dan tidak bisa mengendalikan hasrat tersebut, seperti yang dikutip dari www.intent.com.
Dari segi kejiwaan, ada beberapa sebab yang bisa menimbulkan kecanduan seks, yaitu :
Dari segi kejiwaan, ada beberapa sebab yang bisa menimbulkan kecanduan seks, yaitu :
1. Pertama, seks sebagai satu-satunya cara berkomunikasi. Biasanya terjadi pada orang yang tidak mampu membuka diri dan berkomunikasi dengan baik. Jadi, kalau dia mau berkomunikasi, ujung-ujungnya lewat hubungan intim.
2. Kedua, pelepas ketegangan. Pada pekerjaan dengan tingkat stres tinggi, seringkali melampiaskan ketegangan dengan cara berhubungan seksual.
3. Ketiga, terobsesi segala hal berbau seks, meski sebenarnya dalam dirinya timbul konflik karena sadar terobsesi oleh seks itu tidak baik.
4. Keempat, gangguan jiwa, yang menganggap dirinya yang paling hebat, termasuk dalam hal seks.
5. Kelima, perasaan rendah diri (inferiority). Misalnya, seseorang tak kunjung memberikan kontribusi bagus untuk kehidupan rumah tangga, atau memiliki latar belakang keluarga, status sosial, atau pendidikan yang lebih rendah dari Anda, dia bisa melampiaskan rasa rendah diri ini dengan ‘kegagahan' di tempat tidur.
Lantas, bisakah disembuhkan? Jalan terbaik bila pasangan atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala kecanduan seks, Anda membawanya berkonsultasi, sekaligus melakukan evaluasi lebih jauh untuk memastikannya kepada psikiater atau psikolog. Setidaknya mereka ini bisa mengetahui kondisi kejiwaan pasangan Anda.
Nah, terapi kecanduan seks ini dari segi kejiwaan dipakai metode Cognitive Behaviour Therapy (CBT), yaitu terapi psikologis yang menghubungkan emosi (pikiran) seseorang dengan perilaku dan lingkungannya. Jadi, si terapis kejiwaan itu mencoba menggali apa yang ada di dalam pikiran pasien, agar bisa diberikan terapi yang tepat. (mt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar